KONSEP ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KEWAJIBAN DAN MODAL

 THE CONCEPT OF FINANCIAL STATEMENT ELEMENTS OBLIGATIONS AND CAPITAL





PENDAHULUAN


Latar Belakang

Akuntansi sangat erat kaitannya dengan laporan keuangan. Setiap pencatatan keuangan yang dilakukan tentu akan dituangkan dalam laporan yang menggambarkan data yang ada. Dalam pembahasan ini, kita akan membahas mengenai laporan keuangan dan unsur-unsur di dalamnya. Kita perlu memahami dulu apa itu laporan keuangan.


Laporan Keuangan dalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan bagi pemakai laporan keuangan.Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan di masa yang akan datang.


Kewajiban dan modal merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS dengan PSAK yang sebelumnya yang mengacu pada US GAAP. Dimana sebelumnya menerapkan teory kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan pada teori entitas. Sucipto. 2012, proprietary theory adalah aktiva bersih (aktiva – utang) yang berarti pemilik lebih menekankan pada komponen laba rugi. Terdapat kekurangan pada teori ini sehingga teori entitas muncul dengan maksud mengurangi kelemahan- kelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat perhatian. 

 

Namun demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori pendahulunya, proprietary theory. Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun keduanya mengarah kepada konklusi yang sama, yaitu stewardship atau pertanggungjawaban (accountability). Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-orang yang menanamkan dananya dalam perusahaan. Dalam hal ini, entitas bisnis memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham tentang status dan konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu versi kedua, yaitu pandangan yang lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya.




Dalam pelaporan akuntansi, kewajiban membutuhkan definisi, pengukuran, penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.


Dalam sebuah perusahaan, laporan keuangan merupakan suatu komponen yang paling penting dalam menjalankan kegiatannya. Karena segitu pentingnya maka dalam menyusun laporan keuangan kita harus teliti dalam memasukan dan memperkirakan akun akun yang ada diantaranya akun-akun Kewajiban dan Modal. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pemakalah akan mencoba membahas tentang elemen laporan keuangan  Kewajiban dan Modal ini.



 

Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1.     Apa pengertian kewajiban dan modal ?

2.     Bagaimana pengakuan kewajiban dan modal ?

3.     Bagaimana pengukuran kewajiban dan modal ?

4.     Bagaimana penilaian kewajiban dan modal ?

5.     Bagaimana penyajian kewajiban dan modal ?

6.     Bagaimana pengungkapan kewajiban dan modal ?







Pengertian Kewajiban

Menurut FASB Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. 

Menurut IFRS (PSAK 57) kewajiban adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi. 

Menurut AASB (SAC No. 4) Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.


 

Berdasarkan pengertian diatas dapat disintesakan bahwa kewajiban adalah pengorbanan yang diberikan untuk memperoleh manfaat dimasa yang akan datang karena adanya transaksi. Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:


1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik

Suatu objek harus memuat suatu tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha.

2. Keharusan Sekarang  

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada dua hal : waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya: pada tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.

3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Transaksi atau kejadian masa lalu adalah criteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.

 

Menurut Ikhsan (2018:251) kewajiban dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1)    Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban-kewajiban  yang akan jatuh tempo dalam satu tahun selama satu siklus kegiatan normal perusahaan. Kewajiban lancar dapat dikelompokkan menjadi:

a)     Utang dagang

b)    Utang wesel

c)     Utang bank

d)    Utang gaji, bunga dan lain-lain

e)     Utang deviden

2)    Kewajiban jangka panjang

Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Kewajiban yang digolongkan sebagai kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau melebihi siklus operasi perusahaan. Kewajiban jangka panjang dapat digolongkan menjadi:

a)     Utang obligasi

b)    Utang wesel jangka panjang

c)     Utang hipotek

d)    Utang pensiun

e)     Utang sewa guna

 

2.     Pengakuan Kewajiban

APB Statement No.4 serta SFAC No.5 menyatakan bahwa kewajiban harus dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan kejadian atau transaksi. Jumlah yang dibayar di masa yang akan datang kadang-kadang menggunakan diskonto. Prinsip akuntansi tentang kewajiban menyatakan, bahwa secara umum kewajiban diukur dengan jumlah yang disepakati dalam pertukaran. Hutang lancar seperti account payable diukur berdasarkan nilai kewajiban yang akan dibayar oleh suatu entitas di masa yang akan datang, sedangkan untuk kewajiban yang masuk kategori non-current (hutang jangka panjang), pengukurannya didasarkan pada  present value yangdihitung berdasarkan current interest rates.

Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi.

Kriteria umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). 




Empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu:

1. Ketersediaan dasar hukum

       Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.

 

2. Keterterapan konsep dasar

Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.

 

3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi

Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).

 


4. Keterukuran nilai kewajiban

Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.


 

Pada umumnya saaat pengakuan terjadi sangat jelas karena kebanyakan kewajiban timbul dari kontrak yang menyebutkan secara tegas saat mengikatnya kontrak, jumlah rupiah pembayaran kewajiban, dan saat pembayaran. Akan tetapi, untuk beberapa kasus, jumlah rupiah (kos) kewajiban bergantung pada kejadian dimasa datang meskipun cukup pasti bahwa keharusan membayar dimasa datang tidak dapat dihindari. Saat-saat mengakui kewajiban yaitu:

a.       Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan/menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to perform).


b.      Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang dan jasa diperoleh.



Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).

 

3.     Pengukuran  Kewajiban

Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang. 0ntuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) msa datang. 'engan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos penundaan dianggap tidak material. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.

·       Kewajiban dalam pembelian kredit. 'asar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga mengikuti pengukura asset. Pada umumnya, atas dasar kepraktisan,perusahaan tidak berusaha untuk menentukan kos tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan langsung ketoko penjual barang ataupun dengan cara mendiskusikan nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku.

 

·       Diskon dan premium utang obligasi. Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. 'asar pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos tunai implisit. Dalam hal obligasi jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi. Jumlah rupiah total ini adalah sseluruh jumlah rupiah pembayaran-pembayaran masa datang.

 

·       Makna harga efektif obligasi.

 Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. "agi penerbit obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabilatidak memperhatikan perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlahrupiah utang obligasi tiap saat (keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akanterlalu besar apabila dinyatakan sebesar nominalny.

 

·       Diskon obligasi.

Diskon utang obligasu pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian, diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempo) utang obligasi.


·       Premium obligasi

Premium obligasi sebagai $pendapatan tangguhan& (deferredincome) jelas tidak tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses pemerolehan utang.


·       Kewajiban Moneter

Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal maupun beberapa pembayaran secara berkala). Kewajiban Moneter keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul

 

4. Penilaian Kewajiban

Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the value of current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal (face value) kewajiban.

Penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Dengan kata lain, penilaian adalah penentuan nilai sekarang kewajiban. Untuk kewajiban moneter, nilai sekarangnya biasanya ditentukan atas dasar aliran kas keluar dimasa dtang didiskonan dengan tingkat  bunga pasar sebagai tarif diskon.

 

 

5. Penyajian Kewajiban

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa aset lancar disajikan urut menurut urutan likuidiats sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.

            PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek bila (paragraph 44):

a.       Diperkirkan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal opersi perusahaan

b.      Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca

 

 

Ada 3 bentuk pembiayaan di luar neraca:

1.      Anak perusahaan yang tidak terkonsolidasi

Perusahaan induk tidak perlu melaporkan aktiva dan kewajiban anak perusahaannya. Yang dilaporkan perusahaan dalam neraca hanyalah investasi dalam anak perushaan.

2.      Entitas dengan Tujuan Khusus atau Special Purpose Entity

Perusahaan dengan tujuan khusus ini biasanya merupakan perusahaan yang menjalankan sebuah proyek.


3.      Lease Operasi

Cara lain agar perusahaan tidak perlu mencantumkan hutang di neraca adalah dengan leasing. Daripada memiliki sebuah aktiva, perusahaan lebih memilih untuk menyewanya.

Perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar sering kali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar dalam catatan yang menyertainya. Hutag jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun harus dilaporkan sebagai hutang lancar, kecuali kalau penarikan itu dipenuhi dengan aktiva selain aktiva lancar. Jika hutang itu didanai kembali, dikonversi menjadi saham, atau ditarik dari dana pelunasan obligasi, maka hal itu harus terus dilaporkan sebagai pos tidak lancar.

Pengungkapan catatan umumnya berisi sifat dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, konversi, pembatasan yang dikenakan oleh kreditor dan  aktiva yang disepakati sebagai jaminan. Suatu kewajiban tetap dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang bila kewajiban tersebut tidak akan dilunasi tetapi didanai kembali atau diperbarui. Paragraf 47 menyebutkan bahwa kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca, apabila:

a.       Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan

b.      Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang

 

Hak Mengkompensasi

Ada kalanya hak mengontra diperbolehkan bila kondisi tertentu dipenuhi. kondisi ini biasanya berkaitan dengan apa yang disebut sebagai kontrak bersyarat dan kontrak pertukaran. Kontrak bersyarat adalah kontrak yang hak dan kewajibannya bergantung pada timbulnya kejadian masa datang tertentu yang belum tentu terjadi dan dapat mengubah saat penerimaan, penyerahan, atau pertukaran jumlah rupiah atau instrument keuangan. Contoh kontrak ini adalah futures contracts dan forward purchase–sale contracts. Kontrak pertukaran adalah kontrak yang mewajibkan adanya pertukaran aset dan kewajiban dimasa datang dan bukan hanya transfer aset dari satu pihak aja. Contoh kontrak ini adalah interest rate swaps dan currency swaps.

Dalam FASB Interpretation No. 39, 45 FASB mendefinisi hak mengontra sebagai berikut (paragraph 5): Hak mengintra adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak antara lainnya, untuk menghapus semua atau sebagian utang kepada pihak lain dengn cara mengkompensasi utang tersebut dengan jumlah yang pihak lain berutang kepada debitor. Hak mengontra dikatakan ada bilamana semua kondisi berikut dipenuhi:

a.       Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu jumlah rupiah tertentu.

b.      Pihak pelapor mempunyai hak mengontra jumlah yang diutangnya dengan jumlah yang diutang pihak lain.

c.       Pihak pelapor memang berniat untuk mengontra.

d.      Hak mengontra terpaksakan secara hukum. 

 

6. Pengungkapan Kewajiban

Penyajian pengungkapan adalah konsep, metode dan media tentang bagaimana penyajian informasi dalam bentuk statemen keuangan sebagai langkah akhir dalam proses akuntansi untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang bekepentingan atau pengguna Laporan Keuangan.

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

·       Penyajian kewajiban lancar

Kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Maka perbedaan antara nilai sekarang kewajiban lancar dan nilai jatuh temponya biasanya tidak besar. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.

·       Penyajian kewajiban jangka panjang

Perusahaan yang mempunyai banyak hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta schedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.

 


EKUITAS

Pengertian Ekuitas

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Pasal 49 ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha  perusahaan. Ekuitas akan berkurang dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian keuntungan (deviden) atau kerugian usaha.  Menurut FASB menjelaskan bahwa ekuitas adalah tingkat residual aset dari suatu entitas yang tersisa setelah pengurangan liabilitas-liabilitas. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ekuitas adalah tingkat residual dari suatu perusahaan/entitas setelah dikurangi liabilitas.

Ekuitas pemilik digolongkan dalam neraca yaitu:

·       Modal disetor, yaitu jumlah setoran pemilik ke perusahaan sebesar nilai nominal saham. Setoran ini akan dilaporkan dalam bentuk modal saham.

·       Tambahan modal disetor, yaitu selisih jumlah setoran yang melebihi nilai nominal saham. Kelebihan jumlah setoran ini bisa juga disebut dengan agio saham.

·       Laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak perusahaan berdiri sampai dengan periode terakhir.

 

Ekuitas pemegang saham mencerminkan kepentingan pemilik atau pemegang saham pada perusahaan bisnis yang merupakan kepentingan residu (residual interest) jumlah ekuitas pemegang saham setiap periode merupakan kumulatif dari kontribusi bersih pemegang saham ditambah (dikurangi) laba ditahan atau rugi perusahaan. Dengan demikian dua sumber utama perubahan ekuitas adalah kontribusi pemegang saham (modal disetor) dan Laba (penghasilan) yang ditahan oleh perusahaan. Dua komponen ini harus dihitung dan dilaporkan oleh setiap perusahaan pada setiap akhir periode.

Pembedaan antara dua komponen ekuitas pemegang saham merupakan hal yang sangat penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan juga penting secara yuridis karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan pada pihak lain, sedangkan laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden.

Jika sesuai pada persamaan dasar akuntansi kolom sisi kiri (debet) berisi kelompok harta  dan pada sisi kanan (kredit) berisi kelompok hutang dan ekuitas.Tetapi di kolom sisi kiri ialah sumber daya yang perusahaan miliki dan pada sisi kanan menunjukan besarnya kepemilikan harta perusahaan dan kepentingan kreditor (utang).

Rumus Modal = Aktiva (harta) – Pasiva (utang)

Ekuitas  berupa hak dari pemilik perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan kewajiba yang ada, namun ekuitas tidak dapat dijual atau tidak memiliki ukuran nilai jual perusahaan. Pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik darn  hasil dari usaha perusahaan. Ekuitas dapat berkurang disebabkan penarikan modal pribadi (prive) atau karena pembagian keuntungan dan kerugian.

 

Pengakuan Dan Pengukuran Modal

             Transaksi ekuitas pemilik dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu : transaksi modal atau transaksi yang berkaitan dengan penghasilan. Transaksi modal menyangkut transaksi langsung dari pemilik terhadap perusahaan. Transaksi yang berkaitan dengan penghasilan menyajikan transaksi laba rugi dan penyesuaian laba tahun sebelumnya.

·       Hak-hak

   Hak memberikan pemilik modal kepastian hukum atau kebijakan perusahaan. Kepemilikan tunggal atas sejumlah modal mengharuskan seorang kreditor memiliki klaim atas pemilik atau suatu perusahaan. Dalam teori akuntansi, tidak menjadi masalah seperti apa bentuk hukum dari organisasi, perusahaan diperkenalkan sebagai sebuah unit atas akuntabilitasnya.

Kreditur tidak memiliki hak untuk menggunakan aktiva perusahaan. Dengan cara yang terbatas, dengan kontrak, mereka dapat mengganggu operasi yang mengharuskan laba ditahan terbatas atau dengan dana cadangan yang dibentuk atau aktiva yang diberi tidak dijual tanpa persetujuan mereka. Sebaliknya, pemilik memiliki hak, otoritas untuk mengoperasikan bisnis.

 

·       Substansi Ekonomi

            Semua pemilik ekuitas memiliki resiko akan kerugian, tetapi karena tuntutan kreditur sebelumnya, resiko mereka lebih kecil dari pemilik. Pemilik harus melakukan usaha membendung kerugian yang dihasilkan dari setiap aktivitas perusahaan. Para pemilik atau wakil-wakil mereka memiliki pengendalian atas aktiva-aktiva dalam akuisisi, komposisi, kegunaan dan disposisi. Mereka memiliki pengendalian atas operasi, tanggungjawab untuk menjalankan bisnis dan untuk keberlanjutan pendapatan.

·       Modal Legal

            Akuntansi untuk ekuitas stakeholders dipengaruhi oleh preskripsi legal. Banyak syarat untuk modal legal menuntut perbaikan perusahaan melalui sejumlah modal tertentu. Tujuannya adalah untuk melindungi kreditor dari “cushion” atau “buffer”.

·       Opsi Saham

            Opsi saham adalah hak beli saham dibawah harga pasar yang diberikan kepada karyawan atas kompensasi jasa karyawan terhadap perusahaan.  Ada 4 waktu yang membedakan cara pengukuran saham yaitu tanggal pemberian, tanggal diterima oleh karyawan, tanggal dapat diskon pertama dan tanggal pemotongan sesungguhnya.

·       Saham Treasury

            Perolehan saham treasury merupakan metode signaling prospek yang akan datang bagi pemegang saham. Sebab-sebab perusahaan membeli kembali treasury stock karena :

1.     Keinginan untuk meningkatkan proporsi pemilikan saham

2.     Untuk menyediakan opsi saham bagi karyawan

3.     Untuk menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah pemegang saham

4.     Membentuk harga pasar saham bagi perusahaan

·       Deviden Saham

Menurut APB 43, ada 2 kebijakan akuntansi untuk deviden saham, tergantung ukuran dari deviden tersebut, yaitu :

 

1.     Deviden saham besar (lebih dari 25 %) dan dicatat dengan reklasifikasi laba ditahan ke modal kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang diterbitkan.

2.     Deviden saham kecil (kurang dari 20 %), reklasifikasi laba ditahan ke dalam modal kontribusi didasarkan atas harga pasar saham dan nilai deviden berdasarkan atas nilai pasar saham sebelum pembagian deviden.

 

     Alasan dibaginya deviden saham adalah keinginan manajemen untuk memberikan bukti kepada pemegang saham untuk penghasilan mereka di dalam laba ditahan dan untuk menaikkan jumlah lembar saham yang beredar. Kedua metode yang digunakan untuk mencatat deviden saham tidak mempengaruhi penghasilan, aktiva dan hutang. Hanya komposisi ekuitas pemilik yang berubah.

 

Penilaian Modal

Analisis penilaian ekuitas menekankan laba dan pengukuran akuntansi lain untuk menghitung nilai perusahaan. Peramalan laba memperhitungkan kekuatan laba, teknik estimasi, dan mekanisme pengawasan.

 

A.    Daya Tahan Laba

Analisis keuangan yang baik dapat mengenali komponen laba yang stabil dan dapat diprediksi atau komponen yang mampu “bertahan”.

·       Penyusunan Ulang dan Penyesuaian Laba                    

            Salah satu aktivitas analisis ekuitas adalah untuk menyusun laba dan komponen laba sehinggga dapat memisahakan elemen yang stabil, normal, dan terus-menerus dengan elemen acak, tidak tentu, tidak biasa dan tidak berulang. Penyusunan ulang juga berguna untuk mengetahui elemen laba kini yang seharusnya dicakup dalam hasil operasi pada satu atau beberapa periode sebelumnya.

 

·       Informasi mengenai Daya Tahan Laba

Analisis hasil operasi untuk menyusun dan menyesuaikan laba membutuhkan informasi yang relevan dan andal. Sumber informasi ini yaitu:

1.      Laporan laba rugi

2.      Laporan keuangan lainnya dan catatan atas laporan keuangan

3.      Management Discussion and Analysis

Informasi relevan mencakup informasi yang mempengaruhi kemampuan laba untuk dapat dibandingkan dan diinterpretasikan.

 

·       Penyusunan Ulang Laba dan Komponen Laba

Penyusunan ulang (recasting) bertujuan untuk menyusun komponen laba guna menyajikan klasifikasi yang lebih berarti dan format yang relevan untuk analisis. Komponen dapat dibagi, diatur atau dihilangkan pengaruh pajaknya, tetapi totalnya harus direkonsiliasi terhadap laba bersih untuk tiap periode. Perlakuan yang sama diterapkan pada komponen seperti ekuitas dalam laba (rugi) anak perusahaan /afiliasi yang belum direkonsiliasi. Komponen yang dilaporkan setelah pajak harus dikeluarkan bersamaan dengan dampak pajak mereka jika diklasifikasi ulang terpisah dari laba operasi yang berlanjut.

 

·       Penyesuaian Laba dan Komponen Laba

Untuk perubahan prinsip atau estimasi akuntasi, seluruh jumlah tahun yang dianalisis harus disesuaikan dalam basis yang dapat dibandingkan. Sebelum menilai daya tahan laba,kita perlu memperoleh angka laporan keuangan dengan beberapa penyesuaian. Seluruh komponen laba harus dipertimbangkan, jika kita telah menetapkan bahwa suatu komponen akan dikeluarkan dari periode pelaporannya, komponen tersebut dapat dipindahkan pada hasil operasi periode-periode sebelumnya dan disebar sepanjang periode-periode yang sedang dianalisis, meskipun penyebarannya dapat membantu dalam penentuan kekuatan laba, hal ini tidak membantu dalam penentuan tren laba.

 

·       Faktor Penentu Daya Tahan Laba

Manajemen laba, keragaman, tren, dan insentif merupakan penentuan daya tahan laba yang potensial. Dalam menilai daya tahan laba baik sepanjang siklus usaha maupun untuk jangka panjang.

 

·       Tren dan Daya Tahan Laba

Tren laba dapat dinilai melalui metode statistik atau dengan pernyataan tren. Tren laba sering kali mengungkapkan petunjuk mengenai kinerja perusahaan saat ini dan masa depan serta menilai kualitas manejemen.

 

·       Majemen dan Daya Tahan Laba

Manajemen laba menggunakan prinsip pelaporan akuntansi yang diterima dengan tujuan untuk melaporkan hasil tertentu.

Beberapa bentuk manajemen laba yang harus diwaspadai mencakup:

ü  Perubahan metode atau asumsi akuntansi

ü  Menghapus keuntungan dan kerugian luar biasa (dan tidak biasa). Praktik ini memidahkan dampak terhadap laba yang tidak biasa dan tidak diperkirakan yang dapat berpengaruh buruk pada tren laba.

ü  Big baths. Teknik ini mengakui beban periode masa depan pada masa kini, jika kinerja periode masa kini sangat buruk. Praktik ini melepaskan beban masa depan dari laba masa depan.

ü  Penurunan nilai. Penurunan nilai aktiva operasi seprti pabrik dan peralatan dan aktiva tak berwujud seperti goodwill saat hasil operasi sedang buruk merupakan alata manajemen laba lainnya.

ü  Menentukan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Teknik ini mengatur waktu pengakuan pendapatan dan beban untuk melakukan menajemen laba, termasuk manajemen tren.

 

·       Insentif dan Daya Tahan Manajemen

Analisis harus mengakui insentif bagi manajer terkait dengan laba. Manajemen laba sering kali awalnya dicapai dengan pelaporan laba yang terlalu rendah. Hal ini menciptakan cadangan untuk dapat digunakan pada periode dengan laba rendah dimasa depan. Dengan adanya insentif kinerja bagi manajer, dan penggunaan angka akuntansi untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja mereka, analisis harus menyadari adanya potensi manajemen laba dan bahkan salah saji.


 

·       Pos Laba yang Bertahan dan Sementara

Penyusunan ulang dan penyesuaian laba untuk penelitian ekuitas bergantung pada pemisahaan komponen laba yang stabil dan bertahan dengan komponen acak sementara. Bagian penting dalam analisis adalah menilai daya tahan komponen keuntungan dan kerugian dalam laba.

·       Analisis dan Interpretasi Pos Sementara

Tujuan analisis dan interpretasi pos luar biasa adalah:

1.    Menentukan apakah suatu pos bersifat sementara (tidak bertahan). Proses ini melibatkan penilaian apakah pos tersebut tidak biasa, bukan pos operasi, atau tidak berulang.

2.    Menentukan penyesuaian yang diperlukan setelah mengetahui penilaian daya tahan. Sering kali diperlukan penyesuaian khusus untuk evaluasi maupun peramalan laba.

 

 

 

B.       Penilaian Ekuitas Berbasis Laba

Penilaian perusahaan merupakan tujuan penting bagi banyak pengguna laporan keuangan. Karena estimasi nilai yang dapat diandalkan dapat digunakan untuk membuat keputusan. Deskripsi penilaian ekuitas perusahaan tradisional dilakukan berdasarkan metode diskonto arus kas (discounted cash flow – DCF). Berdasarkan metode ini, nilai ekuitas perusahaan dihitung berdasarkan ramalan arus kas yang tersedia bagi investor ekuitas. Ramalan ini lalu didiskonto menggunakan biaya modal perusahaan.

 

·       Hubungan Antara Harga Saham dengan Data Akuntansi

Sangat penting profitabilitas masa depan dalam menilai perusahaan, yaitu dengan menggunakan estimasi laba bersih dan nilai buku masa depan. Estimasi yang akurat atas ukuran ini hanya dapat dilakukan setelah mempertimbangkan kualitas dan daya tahan laba serta kekuatan laba perusahaan.

 

·       Perkalian Penilaian Dasar

Dua pengukuran penilaian yang sering digunakan adalah rasio ‘harga terhadap nilai buku’(price to book­- PB) dan rasio ‘harga terhadap laba’(price to earnig- PE). Melalui perbandingan rasio dasar ini dengan angka implisit pada harga pasar saham terkini, kita dapat mengevaluasi nilai investasi suatu perusahaan milik publik. Untuk perusahaan yang sahamnnya tidak diperdagangkan secara aktif,rasio dasar ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengestimasi nilai ekuitas.

 

·       Rasio Harga terhadap Nilai Buku

Rasio harga terhadap nilai buku (price to book-PB ratio) dihitung sebagai berikut:


Nilai pasar ekuitas / Nilai buku ekuitas

Penghitungan ini menghasilkan beberapa pemahaman penting. Jika pertumbuhan nilai buku meningkat, maka rasio PB meningkat. Selain itu ketika biaya (resiko) modal ekuitas, k, meningkat, rasio PB turun. Perhatikan bahwa rasio PB tidak sama dengan satu jika pasar mengharapkan laba abnormal (baik positif maupun negatif) di masa depan. Jika nilai sekarang laba masa depan yang abnormal positif (negatif), maka rasio PB akan lebih besar (lebih kecil) dari 1.

 

 

·       Rasio Harga terhadap Laba

Rasio harga terhadap laba (price to earning-PE ratio) dihitung sebagai berikut:

Nilai pasar ekuitas / Laba bersih

Persamaan ini memberikan dua pemahaman penting :

1.      Rasio PE berhubungan terbalik dengan biaya modal,yaitu rasio ini lebih rendah (lebih tinggi) untuk biaya modal ekuitas yang lebih tinggi (lebih rendah).

2.      Rasio PE berhubungan positif dengan taksiran pertumbuhan laba per saham relatif terhadap pertumbuhan normal. Rasio PE tidak terkait dengan tingkat laba absolute (apakah laba per saham tinggi atau rendah), hanya memperlihatkan tingkat dimana laba per saham diharapkan meningkat relatif terhadap taksiran pertumbuhan.

 

C.       Kekuatan Laba Dan Peramalan Untuk Tujuan Penilaian

·       Kekuatan Laba

Kekuatan Laba (earning power) mengacu pada tingkat laba perusahaan yang diharapkan akan terjadi pada masa depan. Dengan sedikit pengecualian, kekuatan laba di akui sebagai faktor utama dalam penilaian perusahaan. Model penilain berbasis akuntansi mencakup kapitalisasi kekuatan laba, dimana kapitalisasi ini melibatkan penggunaan suatu faktor atau penggandaan yang mencerminkan biaya modal dan taksiran risiko dan pengembalian masa depan.

·       Mengukur Kekuatan Laba

Konsep ini melihat stabilitas dan daya tahan laba serta komponen laba. Laporan keuangan digunakan untuk menghitung kekuatan laba. Meskipun penilaian berorientasi masa depan, kita harus mengakui relevansi kinerja perusahaan saat ini dan sebelumnya untuk mengestimasi kinerja masa depan. Laba periode akhir yang melampaui siklus usaha mencerminkan kinerja operasional aktual dan memberikan kita suatu perspektif atas aktivitas operasi dimana kita dapat mengestimasi kinerja masa depan.

·       Rentang Waktu kekuatan Laba

Pengukuran terbaik kekuatan laba suatu perusahaan adalah dengan menggunakan laba rata-rata (kumulatif) selama beberapa tahun. Rentang waktu untuk menghitung laba rata-rata umumnya adalah 5 tahun (biasanya hingga 10 tahun). Perpanjangan periode ini mengurangi distorsi, ketidakteraturan, dan dampak sementara lainnya yang mengurangi relevansi laba satu tahun. Perhitungan laba lima tahun sering kali menekankan pengalaman terakhir sekaligus menghindar kinerja yang tidak relevan.

 

·       Menyesuaikan Laba per Saham

Kekuatan laba dihitung dengan menggunakan seluruh komponen laba. Setiap pos pendapatan dan beban merupakan bagian dari pengalaman operasi perusahaan. Masalahnya adalah pada tahun yang mana kita menempatkan pose tersebut saat menghitung kekuatan laba. Pada kasus tertentu analisis laba kita mungkin terbatas pada jangka pendek, pos-pos pada serangkaian laba jangka pendek disesuaikan jika lebih terkait pada periode sebelumnya. Jika hal ini dilakukan dengan basis per saham, setiap pos harus disesuaikan terhadap dampak pajak dengan menggunakan tarif pajak perusahaan kecuali jika terdapat tarif pajak tertentu. Seluruh pos juga harus dibagi dengan jumlah saham yang digunakan untuk menghitung laba per saham.

·       Peramalan Laba

Peramalan laba mengikuti analisis komponen laba dan melibatkan pembuatan pembuatan estimasi laba masa depan.

·       Mekanisme Peramalan Laba

Peramalan mengharuskan kita untuk menggunakan seluruh informasi yang tersedia secara efektif, termasuk laba periode sebelumnya. Peramalan juga mendapatkan manfaat dari pemisahan (disaggregation). Pemisahan melibatkan penggunaan laba berdasarkan lini produk atau segmen dan terutama berguna jika segmen tersebut memiliki perbedaan risiko, profitabilitas, atau pertumbuhan.

Penelitian analisis mengungkapkan berbagai karakteristik statistik dalam laba. Pertumbuhan laba tahunan sering kali bergerak secara acak. Bagi beberapa pengguna hal ini berarti pertumbuhan laba tidak dapat diramalkan, tetapi penelitian ini mencerminkan prilaku keseluruhan dan bukan perilaku perusahaan individu. Peramalan laba yang andal tidak dapat dihasilkan dari ekstrapolasi sederhana dari pertumbuhan atau tren laba masa lalu. Namun dilakukan dengan menganalisis komponen laba dan mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia, baik kuantitatif maupun kualitatif.

 

·       Elemen Peramalan Laba

Elemen pada peramalan laba adalah memeriksa kewajaran ramalan. Untuk tujuan ini sering kali digunakan angka pengembalian investasi modal. Jika ramalan laba menghasilkan pengembalian yang sangat berbeda dengan pengembalian masa lalu atau pengembalian industri, kita harus menilai kembali ramalan dan prosesnya. Pengembalian investasi modal tergantung dari laba,  sementara laba merupakan produk kualitas produk manajemen dan manajemen aktiva.

o   Kualitas manajemen. Dibutuhkan manajemen yang memilki akses ke berbagai sumber daya untuk menghidupkan aktiva melalui penggunaan yang efesien dan menguntungkan.

o   Manajemen aktiva. Perusahaan membutuhkan aktiva untuk mengembangkan operasi. Kelangsungan keberhasilan dan ramalan pertumbuhan bergantung pada sumber pendanaan dan dampaknya terhadap laba.

 

·       Melaporkan Peramalan Laba

Peramalan manajemen berbeda dengan peramalan yang dilakukan analis keuangan. Kendalan peramalan tergantung pada akses informasi dan asumsinya. SEC merekomendasi agar peramalan disajikan dalam format laporan keuangan dan disertai dengan informasi yang cukup bagi investor untukm menilai keandalan. SEC memiliki aturan safe harbor yang melindungi perusahaan dari tuntutan hukum jika prediksi mereka tidak menjadi kenyataan.

 

·       Laporan Interim untuk Pengawasan dan Revisi Estimasi Laba

Laporan keuangan interim merupakan sumber informasi yang berharga untuk mengawasi kinerja. Laporan ini berguna untuk merevisi estimasi kekuatan laba dan peramalan laba. Laporan keuangan interim memiliki keterbatasan yang terkait dengan kesulitan untuk meletakan komponen laba pada periode kurang dari satu tahun.

 

·       Penyesuaian Akuntansi Akhir Tahun

Menentukan hasil operasi untuk periode satu tahun membutuhkan beberapa penyesuaian akrual dan estimasi. Penyesuain ini mencakup pengakuan pendapatan, menentukan biaya persediaan, alokasi overhead, mencari nilai pasar sekuritas, dan memperkirakan piutang tak tertagih.

 

·       Aktivitas Usaha Musiman

Beberapa perusahaan memiliki aktivitas usaha musiman. Penjualan, produksi, dan aktivitas operasi lain sering kali tidak dapat dibagi sama antar periode interim. Hal ini dapat mendistorsi perbandingan laba interim. Selain itu juga dapat menimbulkan masalah pada alokasi biaya-biaya yang sifatnya diskresioner, seperti iklan, penelitian, pengembangan, perbaikan dan pemeliharaan.

 

·       Metode Pelaporan Menyeluruh

Laporan kuartalan merupakan bagian dari keseluruhan satu tahun dan bukannya periode diskrit, mensyaratkan pengakuan pendapatan dan beban. Hal ini mencakup penyusutan persediaan, diskon atas kuantitas, dan piutang tak tertagih.

 

·       Persyaratan Pelaporan Interim SEC

1.      Laporan interim komparatif dan laporan keuangan hingga tanggal ini dapat diberi judul tidak diaudit tetapi harus dimasukan dalam laporan tahunan.

2.      Neraca komparatif.

3.      Laporaan arus kas hingga hari ini.

4.      Informasi pro forma mengenai penggabungan usaha yang dicatat sebagai pembelian.

5.      Kesesuaian dengan prinsip akuntansi berlaku umumdan pengungkapan perubahan akuntansi, termasuk surat dari auditor.

6.      Analisis naratif manajemen mengenai hasil operasi.

7.      Pengungkapan mengenai apakah Form 8-K diisi selama periode – melaporkan apakah terdapat penyesuaian laba yang tidak biasa atau pergantian auditor.

 

·       Analisis Implikasi Laporan Interim

Analisis harus waspada terhadap kesalahan estimasi dan diskresi yang melekat pada laporan interim. Terbatasnya keterlibatan auditor pada laporan interim mengurangi keandalan laporan interim relative terhadap laporan tahunan yang diaudit. Peraturan pasar modal memberikan sejumlah keyakinan, meskipun terbatas.

 

 

Penyajian Modal

Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam laporan keuangan. Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai Akta Pendirian Badan Usaha tersebut, misalnya: saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan Perseroan Terbatas. Pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkan dengan dasar pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan mendebit akun piutang kepada pemesan saham dan mengkredit akun modal saham yang dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dalam kelompok modal.





DAFTAR PUSTAKA

 

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010, Accounting Theory, 7th., Australia: John Wiley & Sons, Inc.

Sucipto, A. D. 2012, Perbandingan Antara Proprietary Theory dengan Entity Theory , Transaksi Utang, dan Pandangan Islam. [Makalah]

Suwardjono. 2010, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi ketiga, BPFE.

Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja Grafindo Persada. Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992), Prinsip-prinsip Akuntansi (terjemahan), Alih Bahasa : Alfonsus Sirait, Jilid I, Edisi 16, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal. 56-57.

Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.












TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA,,

IKUTI BLOG SAYA

Tidak ada komentar:

BREAKING NEWS || AKSI HEROIK TENTARA NASIONAL INDONESIA DI TIMUR TENGAH

  PENYELAMATAN TNI DI TIMUR TENGAH PENGUNGSI SURIAH HAI, GUYS SELAMAT DATANG KEMBALI KE BLOG SAYA. Kali ini kita dapat berita terbaru dengan...